Sabtu, 21 November 2015

laporan praktikum biokimia uji lipid




laporan praktikum biokimia uji lipid
I.      Judul : Lipida

II.      Tujuan :
Kegiatan 1 : Untuk mengetahui kelarutan lipid pada pelarut tertentu.
Kegiatan 2 : Untuk mengetahui terjadinya pembentukan emulsi dari minyak.
Kegiatan 3 : Untuk mengetahui sifat asam basa minyak kelapa.
Kegiatan 4 : Untuk mengetahui sifat ketidakjenuhan minyak atau lemak.
Kegiatan 5 : Untuk mengetahui terjadinya hidrolisis pada minyak alkali.
Kegiatan 6 : Untuk mengetahui adanya sterol (kolesterol) dalam suatu bahan secara kualitatif.
Kegiatan 7 : Untuk mengetahui bentuk Kristal dari kolesterol.

III.      Landasan Teori
Lipid adalah sekelompok senyawa organic yang terdapat dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan memegang peranan penting dalam struktur dan fungsi sel. Senyawa lipid tidak mempunyai rumus empiris tertentu dan struktur yang serupa, tetapi terdiri atas beberapa golongan. Berbeda dengan karbohidrat dan protein, lipid mempunyai sifat tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic nonpolar seperti eter, kloroform, aseton dan benzene. Berdasarkan sifat demikian, lipid dapat diperoleh dengan cara ekstraksi dari jaringan hewan atau tumbuhan menggunakan eter atau pelarut nonpolar lainnya.
Lipid merupakan komponen penting dalam membrane sel, termasuk diantaranya fosfolipid, glikolipid, dan dalam sel hewan adalah kolesterol. Fosfolipid mempunyai banyak kerangka gliserol( fosfogliserida) atau sfingosina (sfingomyelin). Serebrosida mengandung glukosa dan galaktosa dan dengan kerangka sfingosina termasuk dalam glikolipid. Kolesterol merupakan senyawa induk bagi steroid lain yang disintesis dalam tubuh. Steroid tersebut adalah hormone-hormon yang penting seperti hormone korteks adrenal serta hormone seks, vitamin D, dan asam empedu.
Lemak dan minyak merupakan bagian terbesar dan terpenting kelompok lipid, yaitu sebagai komponen makanan utama bagi organism hidup. Lemak dan minyak penting bagimanusia karena adanya sam-asam lemak esensial yang terkandung didalamnya. Fungsinya dapat melarutkan vitamin A,D,E, dan K yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Kemudian, lemak dan minyak merupakan sumber energy yang lebih efisien dibandingakan karbohidrat dan protein. Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkal setiap gram..
Secara kimiawi, lemak dan minyak adalah trigliserida yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Senyawa terbentuk dari hasil kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak.
Lipid dapat diklasifikasikan menjadi 3 golongan besar, yaitu:
1.      Lipid sederhana : senyawa ester asam lemak dan berbagai alcohol. Contoh : lemak atau minyak dan lilin (wax).
2.      Lipid kompleks (gabungan) : senyawa ester asam lemak yang mempunyai gugus lain disamping alcohol dan asam lemak, misalnya krbohidrat atau protein. Contoh fosfolipid, glikolipid dan lipoprotein.
3.      Derivat lipid : senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid. Contoh : asam lemak, gliserol, aldehida lemak, keton, hodrokarbon, sterol, vitamin larut lemak dan beberapa hormon.

Selain menurut penggolongan diatas berdasarkan sifat kimianya lipid dapat pula dibedakan menjadi 2, yaitu lipid yang dapat disabunkan atau dapat dihidrolisis dengan basa. Contohnya: lemak atau minyak, dan lipid yang tidak dapat disabunkan, contohnya sterol dan terpena.
Asam lemak dapat dibentuk dari senyawa-senyawa yang mengandung karbon seperti asetat, asetaldehid, dan etanol yang merupakan hasil respirasi tanaman. Asam lemak dalam tanaman disintesis dalam keadaaan anaerob dengan bantuan bakteri tertentu seperti Clostridium kluyver. Asam-asam lemak yang ditemukan dialam umumnya merupakan asam-asam monokarboksilat dengan rantai yang tidak bercabang dan mempunyai jumlah atom karbon genap. Asam lemak dialam dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1.      Asam lemak jenuh : asam lemak yang tidak mempunyai ikatan rangkap. Contoh : asam palmitat, asam stearat, dan asam kaprat. Sumber sebagian besar pada lemak hewani.
2.      Asam lemak tidak jenuh : asam lemak yang mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap. Contoh : asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat. Sumber minyak nabati pada biji-bijian atau kacang-kacangan.
Sifat fisikokimia lemak dan minyak berbeda satu sama lain, tergantung pada sumbernya. Secara umum, bentuk trigliserida lemak dan minyak sama, tetapi wujudnya berbeda. Dalam pengertian sehari-hari, disebut lemak jika berbentuk padat pada suhu kamar dan disebut minyak jika berbentuk cair pada suhu kamar.
Trigliserida dapat berbentuk padat atau cair berhubungan dengan asam lemak penyusunnya. Minyak nabati sebagian besar berbentuk cair karena mengandung sejumlah asam lemak tidak jenuh seperti asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat. Asam-asam lemak termasuk asam lemak essensial yang dapat mencegah timbulnya gejala arteriosklerosis karena penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol. Sebaliknya asam lemak hewani umumnya pada suhu kamar berbentuk padat karena banyak mengandung asam lemak jenuh seperti asam stearat dan asam palmitat. Asam lemak jenuh mempunyai titik lebur lebih tinggi daripada asam lemak tidak jenuh.
Lemak dan minyak dapat mengalami ketengikan, karena dapat terhidrolisis dan teroksidasi bila dibiarkan terlalu lama kontak dengan udara. Pada proses hidrolisis, lemak atau minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dab gliserol. Reaksi hidrolisis dapat mengakibatkan kerusakan lemak atau minyak karena terdapat sejumlah air didalamnya, sehingga menimbulkan bau tengik. Reaksi demikian dikatalisis oleh asam, basa, atau enzim tertentu seperti enzim lipase.
Lemak dan minyak yang teroksidasi akan membentuk peroksida dan hidroperoksida yang dapat terurai menjadi aldehida, keton, dan asam-asam lemak bebas. Hasil oksidasi tidak hanya mengakibatkan rasa bau yang tidak enak, tetapi dapat pula menurunkan nilai gizi karena kerusakan vitamin dan asam-asam lemak essensial dalam lemak. Reaksi oksidasi dipercepat dengan adanya cahaya, pemanasan atau katalis logam seperti Cu, Fe, Co, dan Mn. Lemak dan minyak yang sangat tengik mempunyai keasaman yang rendah. Proses ketengikan dapat dihambat salah satunya dengan penambahan zat anti oksidan seperti vitamin E, vitamin C, polifenol dan hidroquinon.
Pada uji kelarutan lipid, umumnya lemak dan minyak tidak larut dalam air, tetapi sedikit larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam pelarut organik seperti eter,kloroform, aseton, benzene, atau pelarut nonpolar lainnya. Minyak dalam air akan membentuk emulsi yang tidak stabil karenabila dibiarkan, maka kedua cairan akan memisah menjadi dua lapisan. Sebaliknya, minyak dalam soda (Na2CO3) akan membentuk emulsi yang stabil karena asam lemak yang bebas dalam larutan lemak bereaksi dengan soda membentuk sabun. Sabun mempunyai daya aktif permukaan, sehingga tetes-tetes minyak tersebar seluruhnya.
Pada uji pembentukan emulsi, dimana emulsi adalah dispersi atau suspensi metastabil suatu cairan dalam cairan lain di mana keduanya tidak saling melarutkan. Agar terbentuk emulsi yang stabil, diperlukan suatu zat pengemulsi yang disebut emulsifier atau emulsifying agent, yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan. Bahan emulsifier dapat berupaprotein, brom, sabun, atau garam empedu. Daya kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat, baik pada minyak maupun air. Emulsifier akan membentuk lapisan di sekeliling minyak sebagai akibat menurunnya tegangan permukaan dan diadsorpsi melapisi butir-butir minyak, sehingga mengurangi kemungkinan bersatunya butir-butir minyak satu sama lain.
Pada uji keasaman minyak, Minyak murni umumnya bersifat netral, sedangkan minyak yang sudah tengik bersifat asam. Hal ini disebabkan minyak mengalami hidrolisis dan oksidasi menghasilkan aldehida, keton, dan asam-aasm lemak bebas. Proses ketengikan pada lemak atau minyak dapat dipercepat oleh adanya cahaya, kelembaban, pemanasan, aksi mikroba, dan katalis logam tertentu, seperti Fe, Ni, atau Mn. Sebaliknya, zat-zat yang dapat menghambat terjadinya proses ketengikan disebut antioksidan, misalnya tokoferol (vitamin E), asam askorbat (vitamin C), polifenol, hidroquinon, dan flavonoid (Yazid, 2006).
Pada uji sifat ketidakjenuhan minyak menyatakan adanya ikatan tak jenuh dalam suatu lemak.  Dimana reaksi yang terjadi adalah reaksi adisi oleh iodium. Iodium akan memutus ikatan rangkap yang terdapat molekul zat, kemudian iodium tersebut akan menggantikan posisi dari ikatan rangkap tersebut melalui reaksi adisi sehingga jumlah ikatan rangkap dalam molekul zat akan berkurang atau menjadi tidak ada sama sekali (jika semuanya teradisi oleh iodium). Dengan adanya reaksi ini, maka warna larutan iodium akan hilang. Minyak mengandung triasil gliserol dengan 80-85 % asam lemak jenuh. Asam lemak utama yang terdapat dalam minyak adalah asam laurat dan asam miristat (merupakan asam lemak dengan bobot molekul rendah dan memiliki bilangan penyabunan yang tinggi). Selain itu, minyak kelapa juga mengandung asam kaprilat, asam kaprat, dan asam oleat.Margarin merupakan salah satu produk makanan konsumsi sehari-hari yang dibuat dengan menggunakan bahan baku lemak nabati. Margarin dibuat melalui proses hidrogenasi asam lemak tak jenuh yang bersumber dari tanaman. Margarin adalah emulsi air dalam minyak yang berbentuk padat
Pada uji penyabunan, lemak dan minyak dapat terhidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol. Proses hidrolisis salah satunya bisa dilakukan dengan penambahan basa kuat, seperti NaOH dan KOH, melalui pemanasan dan menghasilkan gliserol dan sabun. Proses hidrolisis minyak oleh alkali disebut reaksi penyabunan atau safonifikasi. Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (Latin sapon, = sabun dan –fy adalah akhiran yang berarti membuat). Bangsa Romawi kuno mulai membuat sabun sejak 2300 tahun yang lalu dengan memanaskan campuran lemak hewan dengan abu kayu. Pada abad 16 dan 17 di Eropa sabun hanya digunakan dalam bidang pengobatan. Barulah menjelang abad 19 penggunaan sabun meluas. Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak. Gugus induk lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C-12 sampai C-18) yang berikatan membentuk gugus karboksil. Asam lemak rantai pendek jarang digunakan, karena menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi adalah hidrolisis suatu ester (asam lemak) dengan alkali kuat (NaOH, KOH) reaksi umumnya adalah:
Asam lemak + Alkali kuat + Kalor                      Gliserol + Sabun
Uji penyabunan minyak meliputi 2 tahap, yakni safonifikasi minyak kelapa dan uji sifat kesadahan. Pada percobaan hidrolisis minyak kelapa, digunakan NaOH untuk menghidrolisis minyak kelapa dalam pelarut alkohol. Alkohol di sini berfungsi untuk mempercepat reaksi hidrolisis. Reaksi positif ditandai dengan munculnya busa dan lama-kelamaan alkohol akan menguap. Air sadah adalah air yang mengandung ion Ca2+ atau Mg2+. Air sadah tidak berbahaya karena ion-ion tersebut dapat larut dalam air. Akan tetapi dengan kadar Ca2+ yang tinggi akan menyebabkan air menjadi keruh. Walaupun tidak berbahaya, air sadah dapat menyebabkan kerugian yaitu sabun menjadi kurang berbuih. Hal ini terjadi karena ion Ca2+ atau Mg2+ dapat bereaksi dengan sabun membentuk endapan. Contoh persamaan reaksinya adalah:
Ca2+(aq) + 2RCOONa(aq)    Ca(RCOO)2(s) + 2Na+(aq)
Dengan terbentuknya endapan, maka fungsi sabun sebagai pengikat kotoran menjadi kurang atau bahkan tidak efektif. Sabun akan berbuih kembali setelah semua ion Ca2+ atau Mg2+ yang terdapat dalam air mengendap. Lain halnya dengan detergen, deterjen tidak bereaksi dengan ion Ca2+ atau Mg2+ sehingga deterjen tidak terpengaruh oleh air sadah. Kerugian lainnya adalah air sadah dapat menyebabkan terbentuknya kerak pada dasar ketel yang selalu digunakan untuk memanaskan air. Sehingga untuk memanaskan air tersebut diperlukan pemanasan yang lebih lama. Hal ini merupakan pemborosan energi. Timbulnya kerak pada pipa uap dapat menyebabkan penyumbatan sehingga dapat menyebabkan pipa tersebut meledak.
Pada uji kolesterol, kelompok lipid seperti fosfolipid dan sterol merupakan komponen penting yang terdapat dalam membran semua sel hidup. Kolesterol adalah sterol utama yang banyak terdapat di alam. Untuk mengetahui adnaya sterol dan kolesterol, dapat dilakukan uji kolesterol menggunakan reaksi warna. Salah satu di antaranya ialah reaksi Liebermann Burchard. Uji ini positif bila reaksi menunjukkan warna yang berubah dari merah, kemudian biru dan hijau. Warna hijau yang terjadi sebanding dengan konsentrasi kolesterol dalam bahan.
Pada uji kristal kolesterol, Kolesterol terdapat pada hampir semua sel hewan dan manusia. Pada tubuh manusia, kolesterol terdapat dalam darah, empedu, kelenjar adrenalin bagian luar (adrenal cortex), dan jaringan syaraf. Jika kadar kolesterol dalam darah terlalu tinggi, maka akan mengendap membentuk kristal. Endapan membentuk kristal. Endapan kolesterol dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah (arteriosclerosis) karena dindingnya menjadi tebal. Akibatnya, elastisitas pembuluh darah menjadi berkurang, sehingga aliran darah terganggu. Kolesterol dalam serum tidak terdapat bebas, melainkan berkonjugasi sebagai lipoproteida, yaitu pembentuk protein yang terdiri atas 25% kolesterol dan 75% ester asam lemak tidak jenuh (Yazid, 2006).

IV.      Alat dan Bahan
4.1 Kegiatan 1: Uji Kelarutan Minyak                        4.2 Kegiatan 2 :Uji Pembentukan Emulsi
4.1.1 Alat :                                                                        4.2.1 Alat :
-          Tabung reaksi                                                                             -   Tabung reaksi
-          Penjepit tabung                                                                          -   Pipet ukur atau tetes
-          Pipet ukur                                                                  
-          Pipet tetes                                                                  
4.1.2 Bahan:                                                                      4.2.2 Bahan :
-          Minyak kelapa                                                                           -   Minyak kelapa
-          Alkohol 96%                                                                              -   Larutan Na2CO3 0,5%
-          Kloroform                                                                                  -   Larutan sabun
-          Eter                                                                                            -   Larutan protein 2%
-          Air suling (aquades)                                                                   -   Larutan Empedu encer
-           Larutan Na2CO3 0,5%
                                                                                   
4.3 Kegiatan 3 : Uji Keasaman Minyak                      4.4 Kegiatan 4 : Uji Ketidakjenuhan Minyak
4.3.1 Alat :                                                                        4.4.1 Alat :
-          Porselin tetes                                                                              -   Tabung reaksi
-          Pipet tetes                                                                                  -   Pipet ukur atau tetes       
4.3.2 Bahan :                                                                     4.4.2 Bahan :
-          Minyak kelapa                                                                           -   Minyak kelapa
-          Minyak kelapa tengik                                                                -   Margarin atau lemak padat
-          Kertas lakmus merah atau biru                                                  -   Kloroform
-     Iodine

4.5 Kegiatan 5 : Uji Penyabunan Minyak                   4.6 Kegiatan 6 : Uji Penyabunan Kolesterol
4.5.1 Alat :                                                                        4.6.1 Alat :
-          Erlenmeyer                                                                                 -   Tabung reaksi
-          Tabung reaksi                                                                             -   Pipet ukur
-          Alat pemanas                                                                             -   Pipet tetes
-          Neraca analitis                                                           
-          Lampu bunsen                                                           
-          Pipet tetes                                                                              
4.5.2 Bahan :                                                                     4.6.2 Bahan :
-          Minyak kelapa                                                                           -   kolesterol 0,5% dalam kloroform
-          Alcohol 95%                                                                              -   Minyak kelapa
-          NaOH                                                                                        -   Minyak ikan
-          Larutan deterjen                                                                        -   Asam asetat anhidrid
-          Asam asetat encer (5 M)                                                            -   Kloroform
-          Larutan CaCl2 5%                                                                      -   H2SO4 pekat
-          Larutan MgSO4 5%
-          Larutan Pb-asetat 5%
-          kertas lakmus merah dan biru
-          korek api                                                                    

4.7 Kegiatan 7 : Uji Kristal Kolesterol
4.7.1 Alat :                                                                 
-          Mikroskop                                                                  
-          Gelas                                                                          
-          Gelas preparat                                                            
-          Pipet tetes
4.7.2 Bahan :
-          Kolesterol
-          Alkohol
                                                                                   
V.      Langkah Kerja
5.1 Uji Kelarutan Lipid
1.      Menyiapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering. Berturut-turut mengisi dengan: air suling, alcohol 96%, eter, kloroform, dan larutan Na2CO3 0,5 sebanyak 5 ml.
2.      Menambahkan pada setiap tabung 2 tetes minyak kelapa.
3.      Mengocok sampai homogen, lalu membiarkan beberapa saat.
4.      Mengamati sifat kelarutannya.
5.      Mencatat dan memfoto hasilnya.

5.2 Uji Pembentukan Emulsi
1.      Menyiapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering.
Tabung 1 : mengisi 4 ml air dan 4 tetes minyak kelapa.
Tabung 2 : mengisi 4 ml air, 4 tetes minyak kelapa, dan 4 tetes Na2CO3 0,5%
Tabung 3 : mengisi 2 ml air, 2 tetes minyak kelapa, dan 2 tetes larutan sabun.
Tabung 4 : mengisi 2 ml larutan protein 2% dan 2 tetes minyak kelapa
Tabung 5 : mengisi 2 ml larutan empedu encer dan 2 tetes minyak kelapa.
2.      Mengocok setiap tabung dengan kuat, lalu membiarkan beberapa saat.
3.      Mengamati terjadinya pembentukan emulsi.
4.      Mencatat dan memfoto hasilnya.

5.3 Uji Keasaman Minyak
1.      Meneteskan sedikit minyak kelapa pada porselin tetes.
2.      Menguji dengan kertas lakmus.
3.      Mengamati perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus.
4.      Mengulangi percobaan dengan menggunakan minyak tengik.
5.      Mencatat dan memfoto hasilnya.

5.4 Uji Ketidakjenuhan Minyak
1.      Memasukkan 4 tetes minyak kelapa ke dalam tabung reaksi.
2.      Menambahkan 4 ml kloroform.
3.      Menambahkan setetes demi setetes iodin sambil dikocok hingga warna merah iodin tidak berubah.
4.      Menghitung jumlah tetesan yang dibutuhkan.
5.      Mengulangi percobaan menggunakan margarine atau lemak padat.
6.      Membandingkan jumlah tetesan yang dihasilkan.
7.      Mencatat dan memfoto hasilnya.

5.5  Uji Penyabunan Minyak
5.5.1 Hidrolisis Minyak Kelapa (Saponifikasi)
1.      Memasukkan 5 ml minyak kelapa ke dalam Erlenmeyer.
2.      Tambahkan 1,5 g NaOH dan 25 ml alcohol 95%.
3.      Menyalakan lampu Bunsen dengan menggunakan korek api.
4.      Memanaskan sampai mendidih selama 15 menit.
5.      Untuk mengetahui apakah reaksi penyabunan telah sempurna, mengambil 3 tetes larutan, kemudian melarutkan dalam air. Bila larut, maka menunjukkan reaksi telah sempurna.
6.      Setelah sempurna, menguapkan alcohol yang tersisa sampai habis.
7.      Mendinginkan, lalu menambahkan 75 ml air dan memanaskan sampai semua sabun larut.
5.5.2  Uji sifat-sifat sabun
1.      Mengambil 6 ml larutan sabun dengan pipet ukur, lalu netralkan dengan asam asetat encer.
2.      Mengecek ke netralan larutan sabun dengan kertas lakmus
3.      Larutan sabun yang telah netral dibagi menjadi tiga bagian, memasukkan masing-masing ke dalam tabung reaksi.
4.      Menambahkan CaCl2 5%, MgSO4 5%, Pb-asetat dan larutan deterjen 5 ml ke dalam tabung 1,2 dan 3. Melakukan pengocokan dengan kuat.
5.      Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi.
6.      Mengulangi percobaan menggunakan deterjen, lalu membandingkan hasilnya.
7.      Memfoto hasilnya.

5.6  Uji Kolesterol
1.      Menyiapkan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering. Mengisi tabung pertama dengan 1 ml minyak kelapa, tabung kedua dengan 5 tetes minyak ikan, dan tabung ketiga dengan 1 ml kolesterol 0,5%.
2.      Menambahkan kloroform sebanyak 2 ml pada setiap tabung.
3.      Menambahkan pula 10 tetes asam asetat anhidrid.
4.      Menambahkan 3-6 tetes asam sulfat pekat melalui dinding tabung.
5.      Mengocok dengan hati-hati dan mendiamkan beberapa detik.
6.      Mengamati perubahan warna yang terjadi
7.      Mencatat dan memfoto hasilnya.

5.7 Uji Kristal Kolesterol
1.      Melarutkan sedikit kolesterol dalam alcohol panas pada gelas obyek.
2.      Mengambil setetes larutan kolesterol dan meneteskan pada gelas preparat.
3.      Membiarkan sampai semua alkoholnya menguap.
4.      Memeriksa Kristal kolesterol di bawah mikroskop.
5.      Memfoto dan mencatat hasilnya

VI.      Hasil dan Pembahasan
6.1  Hasil
Kegiatan
Gambar
Keterangan
1. Uji Kelarutan Lipid
Gb.Setelah ditetesi H2SO4

Pada tabung yang berisi air suling dan minyak kelapa  hasilnya tidak larut. Sedangkan pada tabung yang berisi minyak kelapa dan Alkohol 96%; minyak kelapa dan  Na2CO3 5%; minyak kelapa dan kloroform; minyak kelapa dan eter hasilnya larut.

Bahan
Tabung 1
Tabung 2
Tabung 3
Tabung 4
Tabung 5
Air suling
5 ml
-
-
-
-
Alcohol 96%
-
5 ml
-
-
-
Eter
-
-
5 ml
-
-
Kloroform
-
-
-
5 ml
-
Na2CO3 0,5 %
-
-
-
-
5 ml
Minyak kelapa
2 tetes
2 tetes
2 tetes
2 tetes
2 tetes
Kocok tabung sampai homogen, biarkan beberapa saat.
Hasil:
Larut/tidak larut/terbentuk emulsi
Tidak larut
Terlarut
Terlarut
terlarut
Terlarut
2. Uji Pembentukan Emulsi
Gb.Setelah dikocok


Pada tabung 1 terbentuk emulsi tidak stabil. Pada tabung 2 terbentuk emulsi sedikit stabil. Sedangkan pada tabung 3, 4,dan 5 terbentuk emulsi stabil.

Bahan
Tabung 1
Tabung 2
Tabung 3
Tabung 4
Tabung 5
Air suling
4 ml
4 ml
2 ml
-
-
Minyak kelapa
4 tetes
4 tetes
2 tetes
2 tetes
2 tetes
Na2CO3 0,5 %
-
4 tetes

-
-
Larutan sabun
-
-
2 tetes
-
-
Larutan protein
-
-
-
2 ml
-
Larutan empedu
-
-
-
-
2 ml
Kocok tabung sampai homogen, biarkan beberapa saat.
Hasil:
Terbentuk emulsi stabil/tidak stabil
Tidak stabil
Sedikit stabil
Stabil
Stabil
Stabil
3.Uji Keasaman Minyak




Gb.Setelah di uji dengan kertas lakmus

 
Pada minyak kelapa pH-nya 7 (netral) sedangkan pada minyak tengik pH-nya 6 (asam)

No.
Zat uji
pH
Sifat asam/basa
1.
Minyak kelapa
7
Netral
2.
Minyak tengik
6
Asam

4.
Gb.Setelah ditetesi iodine dan dikocok

Uji Sifat Ketidakjenuhan Minyak
Pada tabung yang berisi minyak kelapa menunjukkan ketidakjenuhan. Sedangkan pada tabung yang berisi margarine menunjukkan kejenuhan.

Bahan
Tabung 1
Tabung 2
Minyak kelapa
4 tetes
-
Margarine
-
Secukupnya
Kloroform
4 ml
4 ml
Hasil: Jumlah tetes air iodine
2 tetes
2 tetes
5. Uji Penyabunan Minyak
Gb.Hasil akhir kesadahan

Pada tabung yang berisi deterjen tidak terbentuk endapan. Sedangkan pada tabung yang berisi Pb-asetat 5%, CaCl2 5% dan MgSO4 terbentuk endapan.

Bahan
Tabung 1
Tabung 2
Tabung 3
Tabung 4
Larutan sabun
2 ml
2 ml
2 ml
2 ml
Larutan CaCl2 5%
5 ml
-
-
-
Larutan MgSO4 5%
-
5 ml
-
-
Larutan Pb-asetat 5%
-
-
5 ml
-
Larutan deterjen
-
-
-
5 ml
Kocok tabung dengan kuat.
Hasil: Ada endapan/tidak ada
Ada endapan
Ada endapan
Ada endapan
Tidak ada
6. Uji Kolesterol


Gb.Sesudah dikocok

 

Pada tabung yang berisi minyak kelapa dan minyak ikan menunjukkan hasil negative karena tidak terjadi perubahan warna. Sedangkan pada tabung yang berisi kolesterol menunjukkan hasil positif karena terbentuk warna, kamudian biru dan hijau.

Bahan
Tabung 1
Tabung 2
Tabung 3
Minyak kelapa
1 ml
-
-
Minyak ikan
-
5 tetes
-
Kolesterol 0,5% dalam kloroform
-
-
1 ml
Uji dengan Lieberman Burchard.
Hasil: terbentuk warna merah, kemudian biru dan hijau (+/-)
-
-
+

7. Uji Kristal Kolesterol
Gb.Margarine

Gb.kolesterol

Pada pengamatan margarine terlihat adanya Kristal. Sedangkan pada pengamatan kolesterol tidak terlihat adanya Kristal.

Zat Uji
Pengamatan Kristal
Margarine
Ada Kristal
Kolesterol dalam alcohol
Tidak ada Kristal



6.2  Pembahasan
Dari pengamatan diatas diperoleh pembahasan bahwa pada uji kelarutan minyak, tabung 1 (air suling+ minyak kelapa) menunjukkan bahwa minyak kelapa tidak larut dalam air suling. Hal ini disebabkan minyak yang berada dalam air suling akan membentuk emulsi yang tidak stabil setelah dilakukan pengocokan, kedua larutan tersebut memisah menjadi dua lapisan. Disini air tidak dapat tercampur dengan minyak karena air merupakan senyawa yang bersifat polar sedangkan minyak bersifat nonpolar. Pada tabung 2 (alcohol 96%+ minyak kelapa) menunjukkan bahwa minyak kelapa tidak larut dalam alcohol tapi membentuk emulsi stabil karena alcohol bersifat semipolar. Pada tabung 3 (eter+minyak kelapa) dan tabung 4 (kloroform+minyak kelapa), minyak kelapa terlarut sempurna dalam eter dan kloroform karena kedua larutan sama-sama bersifat nonpolar begitupun dengan minyak yang bersifat nonpolar. Pada tabung 5 (Na2CO3 0,5% + minyak kelapa), minyak kelapa tidak larut dalam Na2CO3 0,5%. % tapi membentuk emulsi stabil dikarenakan asam lemak yang bebas dalam larutan lemak bereaksi dengan soda membentuk sabun. Sabun mempunyai daya aktif permukaan, sehingga tetes-tetes minyak menjadi tersebar seluruhnya.
Pada uji pembentukan emulsi, tabung 1 (air suling+minyak kelapa) membentuk emulsi tidak stabil karena minyak kelapa bersifat nonpolar dan air suling bersifat polar. Larutan yang bersifat polar tidak dapat larut dalam larutan nonpolar sehingga kedua lapisan tersebut memisah. Pada tabung 2 (air suling+minyak kelapa+Na2CO3 0,5%) terbentuk emulsi yang tidak stabil. Akan tetapi, seharusnya minyak kelapa dengan penambahan Na2CO3 0,5% akan membentuk emulsi stabil. Terbentuknya emulsi tidak stabil ini karena terdapat air pada campuran tersebut. Pada tabung 3 (air suling+minyak kelapa+larutan sabun), tabung 4 (minyak kelapa+larutan protein), dan tabung 5(minyak kelapa+larutan empedu) terbentuk emulsi stabil. Hal ini dikarenakan larutan sabun, protein dan empedu termasuk emulsifier sehingga dapat menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan. Emulsifier akan membentuk lapisan di sekeliling minyak sebagai akibat menurunnya tegangan permukaan dan diadsorpsi melalui butir-butir minyak, sehingga mengurangi kemungkinan bersatunya butir-butir minyak satu sama lain.
Pada uji keasaman minyak ini dilakukan untuk mengetahui sifat asam basa minyak kelapa. Pada minyak kelapa dihasilkan sifat netral yaitu pH 7, hal ini disebabkan karena minyak kelapa (minyak murni) tidak mengalami hidrolisis dan oksidasi sehingga warna lakmus merah tetap berwarna merah dan kertas lakmus biru tetap berwarna biru yang menandakan sifat netral dari minyak kelapa. Sedangkan pada minyak tengik di hasilkan pH 6 (asam), hal ini karena minyak mengalami hidrolisis dan oksidasi menghasilkan aldehida, keton, dan asam-asam lemak bebas. Proses ketengikan pada lemak atau minyak dipercepat oleh adanya cahaya, kelembaban, pemanasan, aksi mikroba, dan katalis logam tertentu seperti fe, Ni atau Mn. Sebaliknya zat-zat yang dapat menghambat terjadinya proses ketengikan disebut antioksidan. Misalnya tokoferol (vitamin E), asam askorbat (vitamin C), polifenol, hidroquinon, dan flavonoid.
Pada uji sifat ketidakjenuhan minyak, tabung 1 (minyak kelapa+kloroform) terdapat asam lemak tidak jenuh setelah ditetesi dengan iodine. Hal ini dikarenakan iodine dapat bereaksi dengan ikatan rangkap dalam asam lemak. Tiap molekul iodium mengadakan reaksi adisi pada suatu ikatan rangkap. Oleh karena itu, semakin banyak ikatan rangkap, maka semakin banyak pula iodine yang dapat bereaksi. Sedangkan pada tabung 2 (margarin+kloroform) terdapat asam lemak jenuh karena tidak mempunyai ikatan rangkap. Selain itu, kejenuhan ini dapat dilihat dari kepekatan warna, dimana pada tabung 2 warnanya lebih pekat daripada tabung 1.
Pada uji penyabunan minyak Penyabunan lemak atau safonifikasi yang kami lakukan berhasil dan menghasilkan sabun dengan bentuk fasa gel berwarna kekuningan. Setelah dilakukan uji kesadahan sabun, ditemukan hasil bahwa pada pada tabung yang berisi deterjen tidak terbentuk endapan melainkan banyak busa berwarna putih yang muncul di permukaan larutan, sedangkan pada tabung yang berisi Pb-asetat 5%, CaCl2 5% dan MgSO4 masing-masing terbentuk endapan berwarna putih. Pada tabung yang berisi Pb-asetat 5% endapan terbentuk di bagian dasar larutan, sedangkan pada tabung yang berisi CaCl2 5% dan MgSO4 masing-masing terbentuk di bagian permukaan larutan. Pb-asetat 5%, CaCl2 5% dan MgSO4 masing-masing merupakan garam basa yang akan membentuk endapan apabila bereaksi dengan sabun. Sedangkan deterjen merupakan segolongan dengan sabun dan tidak membentuk endapan apabila bereaksi dengan sabun. Kesadahan dapat diukur berdasarkan berat molekul, terbentuknya endapan dan dihasilkannya busa. Semakin besar berat molekul, semakin banyak endapan yang terbentuk dan semakin sedikit busa yang dihasilkan, maka tingkat kesadahannya semakin tinggi. Pada tabung yang berisi deterjen tidak terbentuk endapan dan dihasilkan banyak busa. Pada tabung yang berisi Pb-asetat 5% mempunyai berat molekul paling besar, terbentuk paling banyak endapan dan sedikit dihasilkan busa. Pada tabung yang berisi MgSO4 mempunyai berat molekul lebih kecil dibandingkan dengan berat molkul Pb-asetat, terbentuk banyak endapan dan sedikit dihasilkan busa. Pada tabung yang berisi CaCl2 5% mempunyai berat molekul paling kecil, terbentuk banyak endapan dan sedikit dihasilkan busa. Pada percobaan kami, sedikit busa yang dihasilkan tersebut terbentuk saat tabung dikocok dan menghilang dengan cepat setelah didiamkan.
Pada percobaan uji kolesterol ini, didapatkan hasil positif pada tabung nomor 3 yang menggunakan bahan berupa kolesterol 0,5 % dalam kloroform yang ditandai dengan perubahan warna menjadi hijau pekat, sedangkan  pada uji menggunakan  minyak kelapa dan minyak ikan menunjukkan hasil negative. Berdasarkan hasil percobaan pada tabung 1(minyak kelapa) dan  tabung 2 (minyak ikan) ternyata tidak terjadi perubahan warna yang menunjukkan adanya kolesterol, ini dikarenakan kemungkinan rendahnya kadar kolesterol yang dimiliki minyak kelapa dan minyak ikan sehingga membuatnya tidak nampak jelas perubahan warnanya pada hasil percobaan. Hal ini sesuai dengan teori yaitu adanya kolesterol  dalam suatu bahan dapat di tentukan dengan reaksi Salkowski yaitu reaksi antara kloroform dengan H2SO4 pekat, adanya kolesterol ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi merah, biru dan hijau yang telah ditunjukkan pada tabung nomor 3.
Pada percobaan uji kristal kolesterol ini, didapatkan hasil bahwa tampak ada kristal pada pengamatan (gambar 1) yaitu pada uji kristal menggunakan margarin, yang diamati di bawah mikroskop. Sedangkan pada pengamatan (gambar 2) yaitu uji kristal menggunakan kolesterol tidak tampak kristal ketika di amati dibawah mikroskop, hal ini mungkin disebabkan karena kesalahan pada saat melakukan percobaan. Menurut teori, kadar kolesterol yang tinggi akan mengendap lalu membentuk kristal. Kolesterol dapat larut dalam pelarut lemak, misalnya eter, kloroform, benzene dan alcohol panas. Apabila terdapat dalam konsentrasi tinggi, kolesterol mengkristal dalam bentuk Kristal yang tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Namun hasil yang diperoleh pada pengamatan (gambar 2) antara hasil dan teori tidak sesuai.

VII.      Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa uji lipid dapat dilakukan dengan cara diantaranya: uji kelarutan lipid, uji pembentukan emulsi, uji keasaman minyak, uji kejenuhan minyak, uji penyabunan minyak, uji kolesterol, dan uji Kristal kolesterol. Pada uji kelarutan lipid menunjukkan bahwa minyak kelapa terlarut pada eter, kloroform, Na2CO3 0,5% dan tidak larut pada air suling dan alcohol 96%. Pada uji pembentukan emulsi yang terbentuk emulsi stabil pada tabung 3 (air+minyak kelapa+larutan sabun), pada tabung 4 (larutan protein+minyak kelapa), pada tabung 5 (larutan empedu+minyak kelapa) dan yang tidak stabil pada tabung 1 (air+minyak kelapa) serta yang sedikit stabil pada tabung 2 (air+tetes minyak+Na2CO3 0,5%). Pada uji keasaman minyak, minyak kelapa bersifat netral yaitu pada pH 7, sedangkan pada minyak tengik bersifat asam yaitu pada pH 6. Pada uji sifat ketidakjenuhan minyak, tabung 1 (minyak kelapa+kloroform) terdapat asam lemak tidak jenuh sedangkan pada tabung 2 (margarin+kloroform) terdapat asam lemak jenuh. Pada uji penyabunan minyak, urutan kesadahan dari yang tertinggi yaitu; Pb-asetat > MgSO4 > CaCl2 > Deterjen. Pada uji koesterol didapatkan hasil positif pada tabung nomor 3 yang menggunakan bahan berupa kolesterol 0,5 % dalam kloroform sedangkan pada tabung 1(minyak kelapa) dan  tabung 2 (minyak ikan) menunjukkan hasil negative. Pada uji kristal kolesterol ini, didapatkan hasil bahwa tampak ada kristal pada pengamatan (gambar 1) yaitu pada uji kristal menggunakan margarine sedangkan pada pengamatan (gambar 2) yaitu uji kristal menggunakan kolesterol tidak tampak Kristal.

VIII.   Daftar Pustaka
Anonim. 2013. Biokimia Part Lipid. Dalam
Anonim. tt. Reaksi Saponifikasi Pada proses Pembuatan Sabun. Dalam
Lasinrangaditia. Tt. Biokimia. Dalam
Lehninger, Albert L.1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga
Putrawan. 2013. Lipid. Dalam
Yazid,Estien. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia. Yogyakarta: ANDI

IX.      Pertanyaan
Kegiatan 1: Uji Kelarutan Lipid
1.      Dalam ilmu kimia, untuk mengetahui kelarutan zat dalam pelarut tertentu, dikenal istilah “like dissolves like”. Jelaskan maksud istilah tersebut!
Jawab: “like dissolves like” adalah prinsip dimana setiap yang bersifat polar hanya dapat larut dalam pelarut polar, demikian juga yang setiap yang non polar hanya akan larut dalam pelarut non polar. Untuk yang semi polar tentunya menyesuaikan dengan ukuran kepolaran yang dimilikinya. Bahan yang ionik tentunya juga lebih larut dalam pelarut polar.
2.      Jelaskan mengapa minyak sedikit larut dalam alcohol, tetapi larut sempurna dalam pelarut seperti eter dan kloroform!
Jawab: Alkohol sedikit larut dalam minyak dan membentuk emulsi stabil karena alkohol bersifat semipolar. Sedangkan minyak dapat larut pada larutan kloroform dan eter karena sifat kelarutan kedua larutan tersebut sama dengan sifat kelarutan minyak, yakni nonpolar.

Kegiatan 2: Uji Pembentukan Emulsi
1.      Pada nomor tabung berapa diperoleh bentuk emulsi yang stabil? Mengapa?
Jawab: Tabung 3,4,dan 5 karena karena larutan sabun, protein dan empedu merupakan salah satu bahan emulsifier yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan sehingga terbentuk emulsi yang stabil.
2.      Berdasarkan jenisnya, emulsi dapat dibedakan menjadi dua. Sebutkan apa saja dan bagaimana cara membedkannya!
Jawab:
a.       Emulsi minyak dalam air (O/W), adalah emulsi dimana bahan pengemulsinya mudah larut dalam air sehingga dikatakan sebagai fase eksternal.
b.      Emulsi air dalam minyak (W/O), adalah emulsi dimana bahan pengemulsinya mudah larut dalam minyak.
3.      Sebutkan salah satu kegunaan emulsi!
Jawab: sebagai emulgator dalam fase minyak

Kegiatan 3: Uji Keasaman Minyak
1.      Apa pengaruh bagi kesehatan, bila sering mengkonsumsi makanan dari hasil penggorengan minyak yang sudah tengik atau berulang-ulang digunakan?
Jawab: Minyak yang telah digunakan untuk menggoreng akan mengalami peruraian molekul-molekul, sehingga titik asapnya turun. Bila minyak digunakan berulang kali, semakin cepat terbentuk akrolein. Yang membuat batuk orang yang memakan hasil gorengannya. Jelantah juga mudah mengalami reaksi oksidasi sehingga jika disimpan cepat berbau tengik. Selain itu, minyak jelantah juga disukai jamur aflatoksin sebagai tempat berkembang biak. Jamur ini menghasilkan racun aflatoksin yang menyebabkan berbagai penyakit, terutama hati/liver. Minyak Jelantah merupakan limbah dan bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik (penyebab kanker). Jadi, jelas bahwa pemakaian minyak jelantah dapat merusak kesehatan manusia. Menimbulkan penyakit kanker, dan akibat selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan generasi berikutnya.

Kegiatan 4: Uji Ketidakjenuhan Minyak
1.      Pada percobaan, manakah yang membutuhkan iodin lebih banyak, minyak atau margarine? Mengapa ?
            Jawab: Minyak kelapa, karena minyak kelapa memiliki satu atau lebih ikatan rangkap,
sehingga dengan penambahan iodium lebih banyak, ikatan rangkap yang terdapat molekul zat akan terputus, kemudian iodium tersebut akan menggantikan posisi dari ikatan rangkap tersebut melalui reaksi adisi sehingga jumlah ikatan rangkap dalam molekul zat akan berkurang atau menjadi tidak ada sama sekali. Sedangkan margarin tidak memiliki ikatan rangkap.

Kegiatan 5 : Uji Penyabunan Minyak
1.      Salah satu sifat sabun adalah mempunyai kemampuan untuk mengemulsikan kotoran berminyak. Mengapa ?
Jawab: karena sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau lemak alami. Surfaktan mempunyai struktur bipolar. Bagian kepala bersifat hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik. Sifat inilah yang menyebabkan sabun mempunyai kemampuan untuk mengemulsikan kotoran berminyak.
2.      Jelaskan apa yang dimaksud air sadah dan sebutkan macamnya!
Jawab: Air sadah ialah air yang mengandung ion Ca2+ dan Mg2+. Air sadah menyebabkan
sabun sukar berbuih dan timbulnya sejenis karang dan kerak.
Contoh : Ca2+ + 2CH3(CH2)16COO-(ag)    Ca(CH3(CH2)16COO2)(s)
Air sadah digolongkan menjadi dua jenis, berdasarkan jenis anion yang diikat oleh kation (Ca2+ atau Mg2+), yaitu air sadah sementara dan air sadah tetap. Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung ion bikarbonat (HCO3-), atau bisa jadi mengandung senyawa Kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2) dan/atau Magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2). Dikatakan air sadah sementara karena kesadahannya dapat dihilangkan dengan pemanasan air, hingga air tersebut terbebas dari ion Ca2+ dan atau Mg2+. Reaksi yang terjadi adalah: Ca(HCO3)2(aq)    CaCO3(s) + H2O(l) + CO2(g).
Air sadah tetap adalah air sadah yang mengandung anion selain ion bikarbonat, misalnya dapat berupa ion Cl-, NO3- dan SO42-. Berarti senyawa yang terlarut boleh jadi berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium nitrat (Ca(NO3)2), kalsium sulfat (CaSO4), magnesium klorida (MgCl2), magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat (MgSO4). Air yang mengandung senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah tetap, karena kesadahannya tidak bisa dihilangkan hanya dengan cara pemanasan. Untuk membebaskan air tersebut dari kesadahan, harus dilakukan dengan cara kimia, yaitu dengan mereaksikan air tersebut dengan zat-zat kimia tertentu. Pereaksi yang digunakan adalah larutan karbonat, yaitu Na2CO3 (aq) atau K2CO3 (aq). Penambahan larutan karbonat dimaksudkan untuk mengendapkan ion Ca2+ dan atau Mg2+. CaCl2 (aq) + Na2CO3 (aq) –> CaCO3 (s) + 2NaCl (aq)
Mg(NO3)2 (aq) + K2CO3(aq) –> MgCO3(s) + 2KNO3 (aq)
Dengan terbentuknya endapan CaCO3 atau MgCO3 berarti air tersebut telah terbebas dari ion Ca2+ atau Mg2+ atau dengan kata lain air tersebut telah terbebas dari kesadahan.

3.      Bagaimana pengaruh penambahan air sadah terhadap larutan sabun dan detergen. Jelaskan?
Jawab: Penambahan air sadah pada sabun  dapat menyebabkan sabun padat atau mengendap. Sehingga dengan hal tersebut sabun sukar berbuih dan timbulnya sejenis karang dan kerak. Hal tersebut mengakibatkan sabun sebagai pengikat kotoran menjadi kurang atau bahkan tidak efektif. Sabun akan berbuih kembali setelah semua ion Ca2+ atau Mg2+ yang terdapat dalam air mengendap. Lain halnya dengan detergen, detergen tidak bereaksi dengan ion Ca2+ atau Mg2+ sehingga detergen tidak terpengaruh oleh air sadah
4.      Tuliskan reaksi penambahan air sadah dengan larutan sabun!
Jawab: Ca2+(aq) + 2RCOONa(aq)           Ca(RCOO)2(s) + 2Na+(aq)

Kegiatan 6: Uji Kolesterol
1.      Apakah reaksi Lieberman-Burchard dapat digunakan untuk menentukan kolesterol secara kuantitatif? Jelaskan pendapat anda!
Jawab: Tidak bisa, karena pada reaksi Lieberman-Burchard digunakan hanya untuk mengetahui sterol dan olesterol dengan menggunakan reaksi warna tanpa dilakukan perhitungan kadar kolesterol dalam suatu bahan.
2.      Sebutkan jenis uji lain yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya kolesterol!
Jawab: Uji Salkowski
3.      Sebutkan komposisi  bahan pereaksinya!
Jawab: Kloroform dan H2SO4 pekat
4.      Tuliskan cara kerjanya secara singkat!
Jawab:
1.      Menyiapkan 3 tabung reaksi yag bersih dan kering. Mengisi tabyng reaksi pertama dengan 1 ml minyak kelapa, tabung kedua dengan 5 tetes minyak ikan, dan tabung ketiga dengan 1 ml kolesterol 0,5 %.
2.      Pada setiap tabung, menambahkan kloroform sebanyak 2 ml.
3.      Menambahkan pula 10 tetes asam asetat anhidrid.
4.      Melali dinding tabung, menambahkan 3-6 tetes asam sulfat pekat.
5.      Mengocok dengan hati – hati dan mendiamkan beberapa detik.
6.      Mengamati perubahan warna yang terjadi.

Kegiatan 7: Uji Kristal Kolesterol
1.      Sebutkan sumber makanan yang banyak mengandung kolesterol !
Jawab : putih telur ayam, daging ayam, daging bebek, ikan, daging sapi, daging kambing, susu sapi, iga sapi, keju, cokelat, mentega, dan lain – lain.
2.      Jelaskan mengapa tingginya tingkat kolesterol di dalam darah sangat berbahaya bagi kesehatan ?
Jawab : karena jika kadar kolesterol di dalam darah tinggi maka akan mengendap membentuk Kristal. Endapan kolesterol dapat menyebabkan dinding pembuluh darah (arteriosclerosis) menjadi tebal. Akibatnya, elastisitas pembuluh darah menjadi berkurang, sehingga aliran darah terganggu. Kolesterol LDL merupakan faktor risiko utama penyakit jantung koroner.
3.      Dimanakah kolesterol disintesis dalam tubuh ?
Jawab  :  kolesterol daapt disintesis didalam tubuh dibagian hati, korteks, adrenal, kulit, testis, lambung, otot, jaringan adipose dan otak.
4.      Tuliskan struktur kimia kolesterol !
Jawab  : 



Diposkan oleh riski angesti di 22.43
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Mengenai Saya
Arsip Blog


Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.



I.      Judul : Lipida

II.      Tujuan :
Kegiatan 1 : Untuk mengetahui kelarutan lipid pada pelarut tertentu.
Kegiatan 2 : Untuk mengetahui terjadinya pembentukan emulsi dari minyak.
Kegiatan 3 : Untuk mengetahui sifat asam basa minyak kelapa.
Kegiatan 4 : Untuk mengetahui sifat ketidakjenuhan minyak atau lemak.
Kegiatan 5 : Untuk mengetahui terjadinya hidrolisis pada minyak alkali.
Kegiatan 6 : Untuk mengetahui adanya sterol (kolesterol) dalam suatu bahan secara kualitatif.
Kegiatan 7 : Untuk mengetahui bentuk Kristal dari kolesterol.

III.      Landasan Teori
Lipid adalah sekelompok senyawa organic yang terdapat dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan memegang peranan penting dalam struktur dan fungsi sel. Senyawa lipid tidak mempunyai rumus empiris tertentu dan struktur yang serupa, tetapi terdiri atas beberapa golongan. Berbeda dengan karbohidrat dan protein, lipid mempunyai sifat tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic nonpolar seperti eter, kloroform, aseton dan benzene. Berdasarkan sifat demikian, lipid dapat diperoleh dengan cara ekstraksi dari jaringan hewan atau tumbuhan menggunakan eter atau pelarut nonpolar lainnya.
Lipid merupakan komponen penting dalam membrane sel, termasuk diantaranya fosfolipid, glikolipid, dan dalam sel hewan adalah kolesterol. Fosfolipid mempunyai banyak kerangka gliserol( fosfogliserida) atau sfingosina (sfingomyelin). Serebrosida mengandung glukosa dan galaktosa dan dengan kerangka sfingosina termasuk dalam glikolipid. Kolesterol merupakan senyawa induk bagi steroid lain yang disintesis dalam tubuh. Steroid tersebut adalah hormone-hormon yang penting seperti hormone korteks adrenal serta hormone seks, vitamin D, dan asam empedu.
Lemak dan minyak merupakan bagian terbesar dan terpenting kelompok lipid, yaitu sebagai komponen makanan utama bagi organism hidup. Lemak dan minyak penting bagimanusia karena adanya sam-asam lemak esensial yang terkandung didalamnya. Fungsinya dapat melarutkan vitamin A,D,E, dan K yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Kemudian, lemak dan minyak merupakan sumber energy yang lebih efisien dibandingakan karbohidrat dan protein. Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkal setiap gram..
Secara kimiawi, lemak dan minyak adalah trigliserida yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Senyawa terbentuk dari hasil kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak.
Lipid dapat diklasifikasikan menjadi 3 golongan besar, yaitu:
1.      Lipid sederhana : senyawa ester asam lemak dan berbagai alcohol. Contoh : lemak atau minyak dan lilin (wax).
2.      Lipid kompleks (gabungan) : senyawa ester asam lemak yang mempunyai gugus lain disamping alcohol dan asam lemak, misalnya krbohidrat atau protein. Contoh fosfolipid, glikolipid dan lipoprotein.
3.      Derivat lipid : senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid. Contoh : asam lemak, gliserol, aldehida lemak, keton, hodrokarbon, sterol, vitamin larut lemak dan beberapa hormon.

Selain menurut penggolongan diatas berdasarkan sifat kimianya lipid dapat pula dibedakan menjadi 2, yaitu lipid yang dapat disabunkan atau dapat dihidrolisis dengan basa. Contohnya: lemak atau minyak, dan lipid yang tidak dapat disabunkan, contohnya sterol dan terpena.
Asam lemak dapat dibentuk dari senyawa-senyawa yang mengandung karbon seperti asetat, asetaldehid, dan etanol yang merupakan hasil respirasi tanaman. Asam lemak dalam tanaman disintesis dalam keadaaan anaerob dengan bantuan bakteri tertentu seperti Clostridium kluyver. Asam-asam lemak yang ditemukan dialam umumnya merupakan asam-asam monokarboksilat dengan rantai yang tidak bercabang dan mempunyai jumlah atom karbon genap. Asam lemak dialam dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1.      Asam lemak jenuh : asam lemak yang tidak mempunyai ikatan rangkap. Contoh : asam palmitat, asam stearat, dan asam kaprat. Sumber sebagian besar pada lemak hewani.
2.      Asam lemak tidak jenuh : asam lemak yang mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap. Contoh : asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat. Sumber minyak nabati pada biji-bijian atau kacang-kacangan.
Sifat fisikokimia lemak dan minyak berbeda satu sama lain, tergantung pada sumbernya. Secara umum, bentuk trigliserida lemak dan minyak sama, tetapi wujudnya berbeda. Dalam pengertian sehari-hari, disebut lemak jika berbentuk padat pada suhu kamar dan disebut minyak jika berbentuk cair pada suhu kamar.
Trigliserida dapat berbentuk padat atau cair berhubungan dengan asam lemak penyusunnya. Minyak nabati sebagian besar berbentuk cair karena mengandung sejumlah asam lemak tidak jenuh seperti asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat. Asam-asam lemak termasuk asam lemak essensial yang dapat mencegah timbulnya gejala arteriosklerosis karena penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol. Sebaliknya asam lemak hewani umumnya pada suhu kamar berbentuk padat karena banyak mengandung asam lemak jenuh seperti asam stearat dan asam palmitat. Asam lemak jenuh mempunyai titik lebur lebih tinggi daripada asam lemak tidak jenuh.
Lemak dan minyak dapat mengalami ketengikan, karena dapat terhidrolisis dan teroksidasi bila dibiarkan terlalu lama kontak dengan udara. Pada proses hidrolisis, lemak atau minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dab gliserol. Reaksi hidrolisis dapat mengakibatkan kerusakan lemak atau minyak karena terdapat sejumlah air didalamnya, sehingga menimbulkan bau tengik. Reaksi demikian dikatalisis oleh asam, basa, atau enzim tertentu seperti enzim lipase.
Lemak dan minyak yang teroksidasi akan membentuk peroksida dan hidroperoksida yang dapat terurai menjadi aldehida, keton, dan asam-asam lemak bebas. Hasil oksidasi tidak hanya mengakibatkan rasa bau yang tidak enak, tetapi dapat pula menurunkan nilai gizi karena kerusakan vitamin dan asam-asam lemak essensial dalam lemak. Reaksi oksidasi dipercepat dengan adanya cahaya, pemanasan atau katalis logam seperti Cu, Fe, Co, dan Mn. Lemak dan minyak yang sangat tengik mempunyai keasaman yang rendah. Proses ketengikan dapat dihambat salah satunya dengan penambahan zat anti oksidan seperti vitamin E, vitamin C, polifenol dan hidroquinon.
Pada uji kelarutan lipid, umumnya lemak dan minyak tidak larut dalam air, tetapi sedikit larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam pelarut organik seperti eter,kloroform, aseton, benzene, atau pelarut nonpolar lainnya. Minyak dalam air akan membentuk emulsi yang tidak stabil karenabila dibiarkan, maka kedua cairan akan memisah menjadi dua lapisan. Sebaliknya, minyak dalam soda (Na2CO3) akan membentuk emulsi yang stabil karena asam lemak yang bebas dalam larutan lemak bereaksi dengan soda membentuk sabun. Sabun mempunyai daya aktif permukaan, sehingga tetes-tetes minyak tersebar seluruhnya.
Pada uji pembentukan emulsi, dimana emulsi adalah dispersi atau suspensi metastabil suatu cairan dalam cairan lain di mana keduanya tidak saling melarutkan. Agar terbentuk emulsi yang stabil, diperlukan suatu zat pengemulsi yang disebut emulsifier atau emulsifying agent, yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan. Bahan emulsifier dapat berupaprotein, brom, sabun, atau garam empedu. Daya kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat, baik pada minyak maupun air. Emulsifier akan membentuk lapisan di sekeliling minyak sebagai akibat menurunnya tegangan permukaan dan diadsorpsi melapisi butir-butir minyak, sehingga mengurangi kemungkinan bersatunya butir-butir minyak satu sama lain.
Pada uji keasaman minyak, Minyak murni umumnya bersifat netral, sedangkan minyak yang sudah tengik bersifat asam. Hal ini disebabkan minyak mengalami hidrolisis dan oksidasi menghasilkan aldehida, keton, dan asam-aasm lemak bebas. Proses ketengikan pada lemak atau minyak dapat dipercepat oleh adanya cahaya, kelembaban, pemanasan, aksi mikroba, dan katalis logam tertentu, seperti Fe, Ni, atau Mn. Sebaliknya, zat-zat yang dapat menghambat terjadinya proses ketengikan disebut antioksidan, misalnya tokoferol (vitamin E), asam askorbat (vitamin C), polifenol, hidroquinon, dan flavonoid (Yazid, 2006).
Pada uji sifat ketidakjenuhan minyak menyatakan adanya ikatan tak jenuh dalam suatu lemak.  Dimana reaksi yang terjadi adalah reaksi adisi oleh iodium. Iodium akan memutus ikatan rangkap yang terdapat molekul zat, kemudian iodium tersebut akan menggantikan posisi dari ikatan rangkap tersebut melalui reaksi adisi sehingga jumlah ikatan rangkap dalam molekul zat akan berkurang atau menjadi tidak ada sama sekali (jika semuanya teradisi oleh iodium). Dengan adanya reaksi ini, maka warna larutan iodium akan hilang. Minyak mengandung triasil gliserol dengan 80-85 % asam lemak jenuh. Asam lemak utama yang terdapat dalam minyak adalah asam laurat dan asam miristat (merupakan asam lemak dengan bobot molekul rendah dan memiliki bilangan penyabunan yang tinggi). Selain itu, minyak kelapa juga mengandung asam kaprilat, asam kaprat, dan asam oleat.Margarin merupakan salah satu produk makanan konsumsi sehari-hari yang dibuat dengan menggunakan bahan baku lemak nabati. Margarin dibuat melalui proses hidrogenasi asam lemak tak jenuh yang bersumber dari tanaman. Margarin adalah emulsi air dalam minyak yang berbentuk padat
Pada uji penyabunan, lemak dan minyak dapat terhidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol. Proses hidrolisis salah satunya bisa dilakukan dengan penambahan basa kuat, seperti NaOH dan KOH, melalui pemanasan dan menghasilkan gliserol dan sabun. Proses hidrolisis minyak oleh alkali disebut reaksi penyabunan atau safonifikasi. Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (Latin sapon, = sabun dan –fy adalah akhiran yang berarti membuat). Bangsa Romawi kuno mulai membuat sabun sejak 2300 tahun yang lalu dengan memanaskan campuran lemak hewan dengan abu kayu. Pada abad 16 dan 17 di Eropa sabun hanya digunakan dalam bidang pengobatan. Barulah menjelang abad 19 penggunaan sabun meluas. Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak. Gugus induk lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C-12 sampai C-18) yang berikatan membentuk gugus karboksil. Asam lemak rantai pendek jarang digunakan, karena menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi adalah hidrolisis suatu ester (asam lemak) dengan alkali kuat (NaOH, KOH) reaksi umumnya adalah:
Asam lemak + Alkali kuat + Kalor                      Gliserol + Sabun
Uji penyabunan minyak meliputi 2 tahap, yakni safonifikasi minyak kelapa dan uji sifat kesadahan. Pada percobaan hidrolisis minyak kelapa, digunakan NaOH untuk menghidrolisis minyak kelapa dalam pelarut alkohol. Alkohol di sini berfungsi untuk mempercepat reaksi hidrolisis. Reaksi positif ditandai dengan munculnya busa dan lama-kelamaan alkohol akan menguap. Air sadah adalah air yang mengandung ion Ca2+ atau Mg2+. Air sadah tidak berbahaya karena ion-ion tersebut dapat larut dalam air. Akan tetapi dengan kadar Ca2+ yang tinggi akan menyebabkan air menjadi keruh. Walaupun tidak berbahaya, air sadah dapat menyebabkan kerugian yaitu sabun menjadi kurang berbuih. Hal ini terjadi karena ion Ca2+ atau Mg2+ dapat bereaksi dengan sabun membentuk endapan. Contoh persamaan reaksinya adalah:
Ca2+(aq) + 2RCOONa(aq)    Ca(RCOO)2(s) + 2Na+(aq)
Dengan terbentuknya endapan, maka fungsi sabun sebagai pengikat kotoran menjadi kurang atau bahkan tidak efektif. Sabun akan berbuih kembali setelah semua ion Ca2+ atau Mg2+ yang terdapat dalam air mengendap. Lain halnya dengan detergen, deterjen tidak bereaksi dengan ion Ca2+ atau Mg2+ sehingga deterjen tidak terpengaruh oleh air sadah. Kerugian lainnya adalah air sadah dapat menyebabkan terbentuknya kerak pada dasar ketel yang selalu digunakan untuk memanaskan air. Sehingga untuk memanaskan air tersebut diperlukan pemanasan yang lebih lama. Hal ini merupakan pemborosan energi. Timbulnya kerak pada pipa uap dapat menyebabkan penyumbatan sehingga dapat menyebabkan pipa tersebut meledak.
Pada uji kolesterol, kelompok lipid seperti fosfolipid dan sterol merupakan komponen penting yang terdapat dalam membran semua sel hidup. Kolesterol adalah sterol utama yang banyak terdapat di alam. Untuk mengetahui adnaya sterol dan kolesterol, dapat dilakukan uji kolesterol menggunakan reaksi warna. Salah satu di antaranya ialah reaksi Liebermann Burchard. Uji ini positif bila reaksi menunjukkan warna yang berubah dari merah, kemudian biru dan hijau. Warna hijau yang terjadi sebanding dengan konsentrasi kolesterol dalam bahan.
Pada uji kristal kolesterol, Kolesterol terdapat pada hampir semua sel hewan dan manusia. Pada tubuh manusia, kolesterol terdapat dalam darah, empedu, kelenjar adrenalin bagian luar (adrenal cortex), dan jaringan syaraf. Jika kadar kolesterol dalam darah terlalu tinggi, maka akan mengendap membentuk kristal. Endapan membentuk kristal. Endapan kolesterol dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah (arteriosclerosis) karena dindingnya menjadi tebal. Akibatnya, elastisitas pembuluh darah menjadi berkurang, sehingga aliran darah terganggu. Kolesterol dalam serum tidak terdapat bebas, melainkan berkonjugasi sebagai lipoproteida, yaitu pembentuk protein yang terdiri atas 25% kolesterol dan 75% ester asam lemak tidak jenuh (Yazid, 2006).

IV.      Alat dan Bahan
4.1 Kegiatan 1: Uji Kelarutan Minyak                        4.2 Kegiatan 2 :Uji Pembentukan Emulsi
4.1.1 Alat :                                                                        4.2.1 Alat :
-          Tabung reaksi                                                                             -   Tabung reaksi
-          Penjepit tabung                                                                          -   Pipet ukur atau tetes
-          Pipet ukur                                                                  
-          Pipet tetes                                                                  
4.1.2 Bahan:                                                                      4.2.2 Bahan :
-          Minyak kelapa                                                                           -   Minyak kelapa
-          Alkohol 96%                                                                              -   Larutan Na2CO3 0,5%
-          Kloroform                                                                                  -   Larutan sabun
-          Eter                                                                                            -   Larutan protein 2%
-          Air suling (aquades)                                                                   -   Larutan Empedu encer
-           Larutan Na2CO3 0,5%
                                                                                   
4.3 Kegiatan 3 : Uji Keasaman Minyak                      4.4 Kegiatan 4 : Uji Ketidakjenuhan Minyak
4.3.1 Alat :                                                                        4.4.1 Alat :
-          Porselin tetes                                                                              -   Tabung reaksi
-          Pipet tetes                                                                                  -   Pipet ukur atau tetes       
4.3.2 Bahan :                                                                     4.4.2 Bahan :
-          Minyak kelapa                                                                           -   Minyak kelapa
-          Minyak kelapa tengik                                                                -   Margarin atau lemak padat
-          Kertas lakmus merah atau biru                                                  -   Kloroform
-     Iodine

4.5 Kegiatan 5 : Uji Penyabunan Minyak                   4.6 Kegiatan 6 : Uji Penyabunan Kolesterol
4.5.1 Alat :                                                                        4.6.1 Alat :
-          Erlenmeyer                                                                                 -   Tabung reaksi
-          Tabung reaksi                                                                             -   Pipet ukur
-          Alat pemanas                                                                             -   Pipet tetes
-          Neraca analitis                                                           
-          Lampu bunsen                                                           
-          Pipet tetes                                                                              
4.5.2 Bahan :                                                                     4.6.2 Bahan :
-          Minyak kelapa                                                                           -   kolesterol 0,5% dalam kloroform
-          Alcohol 95%                                                                              -   Minyak kelapa
-          NaOH                                                                                        -   Minyak ikan
-          Larutan deterjen                                                                        -   Asam asetat anhidrid
-          Asam asetat encer (5 M)                                                            -   Kloroform
-          Larutan CaCl2 5%                                                                      -   H2SO4 pekat
-          Larutan MgSO4 5%
-          Larutan Pb-asetat 5%
-          kertas lakmus merah dan biru
-          korek api                                                                    

4.7 Kegiatan 7 : Uji Kristal Kolesterol
4.7.1 Alat :                                                                 
-          Mikroskop                                                                  
-          Gelas                                                                          
-          Gelas preparat                                                            
-          Pipet tetes
4.7.2 Bahan :
-          Kolesterol
-          Alkohol
                                                                                   
V.      Langkah Kerja
5.1 Uji Kelarutan Lipid
1.      Menyiapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering. Berturut-turut mengisi dengan: air suling, alcohol 96%, eter, kloroform, dan larutan Na2CO3 0,5 sebanyak 5 ml.
2.      Menambahkan pada setiap tabung 2 tetes minyak kelapa.
3.      Mengocok sampai homogen, lalu membiarkan beberapa saat.
4.      Mengamati sifat kelarutannya.
5.      Mencatat dan memfoto hasilnya.

5.2 Uji Pembentukan Emulsi
1.      Menyiapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering.
Tabung 1 : mengisi 4 ml air dan 4 tetes minyak kelapa.
Tabung 2 : mengisi 4 ml air, 4 tetes minyak kelapa, dan 4 tetes Na2CO3 0,5%
Tabung 3 : mengisi 2 ml air, 2 tetes minyak kelapa, dan 2 tetes larutan sabun.
Tabung 4 : mengisi 2 ml larutan protein 2% dan 2 tetes minyak kelapa
Tabung 5 : mengisi 2 ml larutan empedu encer dan 2 tetes minyak kelapa.
2.      Mengocok setiap tabung dengan kuat, lalu membiarkan beberapa saat.
3.      Mengamati terjadinya pembentukan emulsi.
4.      Mencatat dan memfoto hasilnya.

5.3 Uji Keasaman Minyak
1.      Meneteskan sedikit minyak kelapa pada porselin tetes.
2.      Menguji dengan kertas lakmus.
3.      Mengamati perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus.
4.      Mengulangi percobaan dengan menggunakan minyak tengik.
5.      Mencatat dan memfoto hasilnya.

5.4 Uji Ketidakjenuhan Minyak
1.      Memasukkan 4 tetes minyak kelapa ke dalam tabung reaksi.
2.      Menambahkan 4 ml kloroform.
3.      Menambahkan setetes demi setetes iodin sambil dikocok hingga warna merah iodin tidak berubah.
4.      Menghitung jumlah tetesan yang dibutuhkan.
5.      Mengulangi percobaan menggunakan margarine atau lemak padat.
6.      Membandingkan jumlah tetesan yang dihasilkan.
7.      Mencatat dan memfoto hasilnya.

5.5  Uji Penyabunan Minyak
5.5.1 Hidrolisis Minyak Kelapa (Saponifikasi)
1.      Memasukkan 5 ml minyak kelapa ke dalam Erlenmeyer.
2.      Tambahkan 1,5 g NaOH dan 25 ml alcohol 95%.
3.      Menyalakan lampu Bunsen dengan menggunakan korek api.
4.      Memanaskan sampai mendidih selama 15 menit.
5.      Untuk mengetahui apakah reaksi penyabunan telah sempurna, mengambil 3 tetes larutan, kemudian melarutkan dalam air. Bila larut, maka menunjukkan reaksi telah sempurna.
6.      Setelah sempurna, menguapkan alcohol yang tersisa sampai habis.
7.      Mendinginkan, lalu menambahkan 75 ml air dan memanaskan sampai semua sabun larut.
5.5.2  Uji sifat-sifat sabun
1.      Mengambil 6 ml larutan sabun dengan pipet ukur, lalu netralkan dengan asam asetat encer.
2.      Mengecek ke netralan larutan sabun dengan kertas lakmus
3.      Larutan sabun yang telah netral dibagi menjadi tiga bagian, memasukkan masing-masing ke dalam tabung reaksi.
4.      Menambahkan CaCl2 5%, MgSO4 5%, Pb-asetat dan larutan deterjen 5 ml ke dalam tabung 1,2 dan 3. Melakukan pengocokan dengan kuat.
5.      Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi.
6.      Mengulangi percobaan menggunakan deterjen, lalu membandingkan hasilnya.
7.      Memfoto hasilnya.

5.6  Uji Kolesterol
1.      Menyiapkan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering. Mengisi tabung pertama dengan 1 ml minyak kelapa, tabung kedua dengan 5 tetes minyak ikan, dan tabung ketiga dengan 1 ml kolesterol 0,5%.
2.      Menambahkan kloroform sebanyak 2 ml pada setiap tabung.
3.      Menambahkan pula 10 tetes asam asetat anhidrid.
4.      Menambahkan 3-6 tetes asam sulfat pekat melalui dinding tabung.
5.      Mengocok dengan hati-hati dan mendiamkan beberapa detik.
6.      Mengamati perubahan warna yang terjadi
7.      Mencatat dan memfoto hasilnya.

5.7 Uji Kristal Kolesterol
1.      Melarutkan sedikit kolesterol dalam alcohol panas pada gelas obyek.
2.      Mengambil setetes larutan kolesterol dan meneteskan pada gelas preparat.
3.      Membiarkan sampai semua alkoholnya menguap.
4.      Memeriksa Kristal kolesterol di bawah mikroskop.
5.      Memfoto dan mencatat hasilnya

VI.      Hasil dan Pembahasan
6.1  Hasil
Kegiatan
Gambar
Keterangan
1. Uji Kelarutan Lipid
Gb.Setelah ditetesi H2SO4

Pada tabung yang berisi air suling dan minyak kelapa  hasilnya tidak larut. Sedangkan pada tabung yang berisi minyak kelapa dan Alkohol 96%; minyak kelapa dan  Na2CO3 5%; minyak kelapa dan kloroform; minyak kelapa dan eter hasilnya larut.

Bahan
Tabung 1
Tabung 2
Tabung 3
Tabung 4
Tabung 5
Air suling
5 ml
-
-
-
-
Alcohol 96%
-
5 ml
-
-
-
Eter
-
-
5 ml
-
-
Kloroform
-
-
-
5 ml
-
Na2CO3 0,5 %
-
-
-
-
5 ml
Minyak kelapa
2 tetes
2 tetes
2 tetes
2 tetes
2 tetes
Kocok tabung sampai homogen, biarkan beberapa saat.
Hasil:
Larut/tidak larut/terbentuk emulsi
Tidak larut
Terlarut
Terlarut
terlarut
Terlarut
2. Uji Pembentukan Emulsi
Gb.Setelah dikocok


Pada tabung 1 terbentuk emulsi tidak stabil. Pada tabung 2 terbentuk emulsi sedikit stabil. Sedangkan pada tabung 3, 4,dan 5 terbentuk emulsi stabil.

Bahan
Tabung 1
Tabung 2
Tabung 3
Tabung 4
Tabung 5
Air suling
4 ml
4 ml
2 ml
-
-
Minyak kelapa
4 tetes
4 tetes
2 tetes
2 tetes
2 tetes
Na2CO3 0,5 %
-
4 tetes

-
-
Larutan sabun
-
-
2 tetes
-
-
Larutan protein
-
-
-
2 ml
-
Larutan empedu
-
-
-
-
2 ml
Kocok tabung sampai homogen, biarkan beberapa saat.
Hasil:
Terbentuk emulsi stabil/tidak stabil
Tidak stabil
Sedikit stabil
Stabil
Stabil
Stabil
3.Uji Keasaman Minyak




Gb.Setelah di uji dengan kertas lakmus

 
Pada minyak kelapa pH-nya 7 (netral) sedangkan pada minyak tengik pH-nya 6 (asam)

No.
Zat uji
pH
Sifat asam/basa
1.
Minyak kelapa
7
Netral
2.
Minyak tengik
6
Asam

4.
Gb.Setelah ditetesi iodine dan dikocok

Uji Sifat Ketidakjenuhan Minyak
Pada tabung yang berisi minyak kelapa menunjukkan ketidakjenuhan. Sedangkan pada tabung yang berisi margarine menunjukkan kejenuhan.

Bahan
Tabung 1
Tabung 2
Minyak kelapa
4 tetes
-
Margarine
-
Secukupnya
Kloroform
4 ml
4 ml
Hasil: Jumlah tetes air iodine
2 tetes
2 tetes
5. Uji Penyabunan Minyak
Gb.Hasil akhir kesadahan

Pada tabung yang berisi deterjen tidak terbentuk endapan. Sedangkan pada tabung yang berisi Pb-asetat 5%, CaCl2 5% dan MgSO4 terbentuk endapan.

Bahan
Tabung 1
Tabung 2
Tabung 3
Tabung 4
Larutan sabun
2 ml
2 ml
2 ml
2 ml
Larutan CaCl2 5%
5 ml
-
-
-
Larutan MgSO4 5%
-
5 ml
-
-
Larutan Pb-asetat 5%
-
-
5 ml
-
Larutan deterjen
-
-
-
5 ml
Kocok tabung dengan kuat.
Hasil: Ada endapan/tidak ada
Ada endapan
Ada endapan
Ada endapan
Tidak ada
6. Uji Kolesterol


Gb.Sesudah dikocok

 

Pada tabung yang berisi minyak kelapa dan minyak ikan menunjukkan hasil negative karena tidak terjadi perubahan warna. Sedangkan pada tabung yang berisi kolesterol menunjukkan hasil positif karena terbentuk warna, kamudian biru dan hijau.

Bahan
Tabung 1
Tabung 2
Tabung 3
Minyak kelapa
1 ml
-
-
Minyak ikan
-
5 tetes
-
Kolesterol 0,5% dalam kloroform
-
-
1 ml
Uji dengan Lieberman Burchard.
Hasil: terbentuk warna merah, kemudian biru dan hijau (+/-)
-
-
+

7. Uji Kristal Kolesterol
Gb.Margarine

Gb.kolesterol

Pada pengamatan margarine terlihat adanya Kristal. Sedangkan pada pengamatan kolesterol tidak terlihat adanya Kristal.

Zat Uji
Pengamatan Kristal
Margarine
Ada Kristal
Kolesterol dalam alcohol
Tidak ada Kristal



6.2  Pembahasan
Dari pengamatan diatas diperoleh pembahasan bahwa pada uji kelarutan minyak, tabung 1 (air suling+ minyak kelapa) menunjukkan bahwa minyak kelapa tidak larut dalam air suling. Hal ini disebabkan minyak yang berada dalam air suling akan membentuk emulsi yang tidak stabil setelah dilakukan pengocokan, kedua larutan tersebut memisah menjadi dua lapisan. Disini air tidak dapat tercampur dengan minyak karena air merupakan senyawa yang bersifat polar sedangkan minyak bersifat nonpolar. Pada tabung 2 (alcohol 96%+ minyak kelapa) menunjukkan bahwa minyak kelapa tidak larut dalam alcohol tapi membentuk emulsi stabil karena alcohol bersifat semipolar. Pada tabung 3 (eter+minyak kelapa) dan tabung 4 (kloroform+minyak kelapa), minyak kelapa terlarut sempurna dalam eter dan kloroform karena kedua larutan sama-sama bersifat nonpolar begitupun dengan minyak yang bersifat nonpolar. Pada tabung 5 (Na2CO3 0,5% + minyak kelapa), minyak kelapa tidak larut dalam Na2CO3 0,5%. % tapi membentuk emulsi stabil dikarenakan asam lemak yang bebas dalam larutan lemak bereaksi dengan soda membentuk sabun. Sabun mempunyai daya aktif permukaan, sehingga tetes-tetes minyak menjadi tersebar seluruhnya.
Pada uji pembentukan emulsi, tabung 1 (air suling+minyak kelapa) membentuk emulsi tidak stabil karena minyak kelapa bersifat nonpolar dan air suling bersifat polar. Larutan yang bersifat polar tidak dapat larut dalam larutan nonpolar sehingga kedua lapisan tersebut memisah. Pada tabung 2 (air suling+minyak kelapa+Na2CO3 0,5%) terbentuk emulsi yang tidak stabil. Akan tetapi, seharusnya minyak kelapa dengan penambahan Na2CO3 0,5% akan membentuk emulsi stabil. Terbentuknya emulsi tidak stabil ini karena terdapat air pada campuran tersebut. Pada tabung 3 (air suling+minyak kelapa+larutan sabun), tabung 4 (minyak kelapa+larutan protein), dan tabung 5(minyak kelapa+larutan empedu) terbentuk emulsi stabil. Hal ini dikarenakan larutan sabun, protein dan empedu termasuk emulsifier sehingga dapat menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan. Emulsifier akan membentuk lapisan di sekeliling minyak sebagai akibat menurunnya tegangan permukaan dan diadsorpsi melalui butir-butir minyak, sehingga mengurangi kemungkinan bersatunya butir-butir minyak satu sama lain.
Pada uji keasaman minyak ini dilakukan untuk mengetahui sifat asam basa minyak kelapa. Pada minyak kelapa dihasilkan sifat netral yaitu pH 7, hal ini disebabkan karena minyak kelapa (minyak murni) tidak mengalami hidrolisis dan oksidasi sehingga warna lakmus merah tetap berwarna merah dan kertas lakmus biru tetap berwarna biru yang menandakan sifat netral dari minyak kelapa. Sedangkan pada minyak tengik di hasilkan pH 6 (asam), hal ini karena minyak mengalami hidrolisis dan oksidasi menghasilkan aldehida, keton, dan asam-asam lemak bebas. Proses ketengikan pada lemak atau minyak dipercepat oleh adanya cahaya, kelembaban, pemanasan, aksi mikroba, dan katalis logam tertentu seperti fe, Ni atau Mn. Sebaliknya zat-zat yang dapat menghambat terjadinya proses ketengikan disebut antioksidan. Misalnya tokoferol (vitamin E), asam askorbat (vitamin C), polifenol, hidroquinon, dan flavonoid.
Pada uji sifat ketidakjenuhan minyak, tabung 1 (minyak kelapa+kloroform) terdapat asam lemak tidak jenuh setelah ditetesi dengan iodine. Hal ini dikarenakan iodine dapat bereaksi dengan ikatan rangkap dalam asam lemak. Tiap molekul iodium mengadakan reaksi adisi pada suatu ikatan rangkap. Oleh karena itu, semakin banyak ikatan rangkap, maka semakin banyak pula iodine yang dapat bereaksi. Sedangkan pada tabung 2 (margarin+kloroform) terdapat asam lemak jenuh karena tidak mempunyai ikatan rangkap. Selain itu, kejenuhan ini dapat dilihat dari kepekatan warna, dimana pada tabung 2 warnanya lebih pekat daripada tabung 1.
Pada uji penyabunan minyak Penyabunan lemak atau safonifikasi yang kami lakukan berhasil dan menghasilkan sabun dengan bentuk fasa gel berwarna kekuningan. Setelah dilakukan uji kesadahan sabun, ditemukan hasil bahwa pada pada tabung yang berisi deterjen tidak terbentuk endapan melainkan banyak busa berwarna putih yang muncul di permukaan larutan, sedangkan pada tabung yang berisi Pb-asetat 5%, CaCl2 5% dan MgSO4 masing-masing terbentuk endapan berwarna putih. Pada tabung yang berisi Pb-asetat 5% endapan terbentuk di bagian dasar larutan, sedangkan pada tabung yang berisi CaCl2 5% dan MgSO4 masing-masing terbentuk di bagian permukaan larutan. Pb-asetat 5%, CaCl2 5% dan MgSO4 masing-masing merupakan garam basa yang akan membentuk endapan apabila bereaksi dengan sabun. Sedangkan deterjen merupakan segolongan dengan sabun dan tidak membentuk endapan apabila bereaksi dengan sabun. Kesadahan dapat diukur berdasarkan berat molekul, terbentuknya endapan dan dihasilkannya busa. Semakin besar berat molekul, semakin banyak endapan yang terbentuk dan semakin sedikit busa yang dihasilkan, maka tingkat kesadahannya semakin tinggi. Pada tabung yang berisi deterjen tidak terbentuk endapan dan dihasilkan banyak busa. Pada tabung yang berisi Pb-asetat 5% mempunyai berat molekul paling besar, terbentuk paling banyak endapan dan sedikit dihasilkan busa. Pada tabung yang berisi MgSO4 mempunyai berat molekul lebih kecil dibandingkan dengan berat molkul Pb-asetat, terbentuk banyak endapan dan sedikit dihasilkan busa. Pada tabung yang berisi CaCl2 5% mempunyai berat molekul paling kecil, terbentuk banyak endapan dan sedikit dihasilkan busa. Pada percobaan kami, sedikit busa yang dihasilkan tersebut terbentuk saat tabung dikocok dan menghilang dengan cepat setelah didiamkan.
Pada percobaan uji kolesterol ini, didapatkan hasil positif pada tabung nomor 3 yang menggunakan bahan berupa kolesterol 0,5 % dalam kloroform yang ditandai dengan perubahan warna menjadi hijau pekat, sedangkan  pada uji menggunakan  minyak kelapa dan minyak ikan menunjukkan hasil negative. Berdasarkan hasil percobaan pada tabung 1(minyak kelapa) dan  tabung 2 (minyak ikan) ternyata tidak terjadi perubahan warna yang menunjukkan adanya kolesterol, ini dikarenakan kemungkinan rendahnya kadar kolesterol yang dimiliki minyak kelapa dan minyak ikan sehingga membuatnya tidak nampak jelas perubahan warnanya pada hasil percobaan. Hal ini sesuai dengan teori yaitu adanya kolesterol  dalam suatu bahan dapat di tentukan dengan reaksi Salkowski yaitu reaksi antara kloroform dengan H2SO4 pekat, adanya kolesterol ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi merah, biru dan hijau yang telah ditunjukkan pada tabung nomor 3.
Pada percobaan uji kristal kolesterol ini, didapatkan hasil bahwa tampak ada kristal pada pengamatan (gambar 1) yaitu pada uji kristal menggunakan margarin, yang diamati di bawah mikroskop. Sedangkan pada pengamatan (gambar 2) yaitu uji kristal menggunakan kolesterol tidak tampak kristal ketika di amati dibawah mikroskop, hal ini mungkin disebabkan karena kesalahan pada saat melakukan percobaan. Menurut teori, kadar kolesterol yang tinggi akan mengendap lalu membentuk kristal. Kolesterol dapat larut dalam pelarut lemak, misalnya eter, kloroform, benzene dan alcohol panas. Apabila terdapat dalam konsentrasi tinggi, kolesterol mengkristal dalam bentuk Kristal yang tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Namun hasil yang diperoleh pada pengamatan (gambar 2) antara hasil dan teori tidak sesuai.

VII.      Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa uji lipid dapat dilakukan dengan cara diantaranya: uji kelarutan lipid, uji pembentukan emulsi, uji keasaman minyak, uji kejenuhan minyak, uji penyabunan minyak, uji kolesterol, dan uji Kristal kolesterol. Pada uji kelarutan lipid menunjukkan bahwa minyak kelapa terlarut pada eter, kloroform, Na2CO3 0,5% dan tidak larut pada air suling dan alcohol 96%. Pada uji pembentukan emulsi yang terbentuk emulsi stabil pada tabung 3 (air+minyak kelapa+larutan sabun), pada tabung 4 (larutan protein+minyak kelapa), pada tabung 5 (larutan empedu+minyak kelapa) dan yang tidak stabil pada tabung 1 (air+minyak kelapa) serta yang sedikit stabil pada tabung 2 (air+tetes minyak+Na2CO3 0,5%). Pada uji keasaman minyak, minyak kelapa bersifat netral yaitu pada pH 7, sedangkan pada minyak tengik bersifat asam yaitu pada pH 6. Pada uji sifat ketidakjenuhan minyak, tabung 1 (minyak kelapa+kloroform) terdapat asam lemak tidak jenuh sedangkan pada tabung 2 (margarin+kloroform) terdapat asam lemak jenuh. Pada uji penyabunan minyak, urutan kesadahan dari yang tertinggi yaitu; Pb-asetat > MgSO4 > CaCl2 > Deterjen. Pada uji koesterol didapatkan hasil positif pada tabung nomor 3 yang menggunakan bahan berupa kolesterol 0,5 % dalam kloroform sedangkan pada tabung 1(minyak kelapa) dan  tabung 2 (minyak ikan) menunjukkan hasil negative. Pada uji kristal kolesterol ini, didapatkan hasil bahwa tampak ada kristal pada pengamatan (gambar 1) yaitu pada uji kristal menggunakan margarine sedangkan pada pengamatan (gambar 2) yaitu uji kristal menggunakan kolesterol tidak tampak Kristal.

VIII.   Daftar Pustaka
Anonim. 2013. Biokimia Part Lipid. Dalam
Anonim. tt. Reaksi Saponifikasi Pada proses Pembuatan Sabun. Dalam
Lasinrangaditia. Tt. Biokimia. Dalam
Lehninger, Albert L.1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga
Putrawan. 2013. Lipid. Dalam
Yazid,Estien. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia. Yogyakarta: ANDI

IX.      Pertanyaan
Kegiatan 1: Uji Kelarutan Lipid
1.      Dalam ilmu kimia, untuk mengetahui kelarutan zat dalam pelarut tertentu, dikenal istilah “like dissolves like”. Jelaskan maksud istilah tersebut!
Jawab: “like dissolves like” adalah prinsip dimana setiap yang bersifat polar hanya dapat larut dalam pelarut polar, demikian juga yang setiap yang non polar hanya akan larut dalam pelarut non polar. Untuk yang semi polar tentunya menyesuaikan dengan ukuran kepolaran yang dimilikinya. Bahan yang ionik tentunya juga lebih larut dalam pelarut polar.
2.      Jelaskan mengapa minyak sedikit larut dalam alcohol, tetapi larut sempurna dalam pelarut seperti eter dan kloroform!
Jawab: Alkohol sedikit larut dalam minyak dan membentuk emulsi stabil karena alkohol bersifat semipolar. Sedangkan minyak dapat larut pada larutan kloroform dan eter karena sifat kelarutan kedua larutan tersebut sama dengan sifat kelarutan minyak, yakni nonpolar.

Kegiatan 2: Uji Pembentukan Emulsi
1.      Pada nomor tabung berapa diperoleh bentuk emulsi yang stabil? Mengapa?
Jawab: Tabung 3,4,dan 5 karena karena larutan sabun, protein dan empedu merupakan salah satu bahan emulsifier yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan sehingga terbentuk emulsi yang stabil.
2.      Berdasarkan jenisnya, emulsi dapat dibedakan menjadi dua. Sebutkan apa saja dan bagaimana cara membedkannya!
Jawab:
a.       Emulsi minyak dalam air (O/W), adalah emulsi dimana bahan pengemulsinya mudah larut dalam air sehingga dikatakan sebagai fase eksternal.
b.      Emulsi air dalam minyak (W/O), adalah emulsi dimana bahan pengemulsinya mudah larut dalam minyak.
3.      Sebutkan salah satu kegunaan emulsi!
Jawab: sebagai emulgator dalam fase minyak

Kegiatan 3: Uji Keasaman Minyak
1.      Apa pengaruh bagi kesehatan, bila sering mengkonsumsi makanan dari hasil penggorengan minyak yang sudah tengik atau berulang-ulang digunakan?
Jawab: Minyak yang telah digunakan untuk menggoreng akan mengalami peruraian molekul-molekul, sehingga titik asapnya turun. Bila minyak digunakan berulang kali, semakin cepat terbentuk akrolein. Yang membuat batuk orang yang memakan hasil gorengannya. Jelantah juga mudah mengalami reaksi oksidasi sehingga jika disimpan cepat berbau tengik. Selain itu, minyak jelantah juga disukai jamur aflatoksin sebagai tempat berkembang biak. Jamur ini menghasilkan racun aflatoksin yang menyebabkan berbagai penyakit, terutama hati/liver. Minyak Jelantah merupakan limbah dan bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik (penyebab kanker). Jadi, jelas bahwa pemakaian minyak jelantah dapat merusak kesehatan manusia. Menimbulkan penyakit kanker, dan akibat selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan generasi berikutnya.

Kegiatan 4: Uji Ketidakjenuhan Minyak
1.      Pada percobaan, manakah yang membutuhkan iodin lebih banyak, minyak atau margarine? Mengapa ?
            Jawab: Minyak kelapa, karena minyak kelapa memiliki satu atau lebih ikatan rangkap,
sehingga dengan penambahan iodium lebih banyak, ikatan rangkap yang terdapat molekul zat akan terputus, kemudian iodium tersebut akan menggantikan posisi dari ikatan rangkap tersebut melalui reaksi adisi sehingga jumlah ikatan rangkap dalam molekul zat akan berkurang atau menjadi tidak ada sama sekali. Sedangkan margarin tidak memiliki ikatan rangkap.

Kegiatan 5 : Uji Penyabunan Minyak
1.      Salah satu sifat sabun adalah mempunyai kemampuan untuk mengemulsikan kotoran berminyak. Mengapa ?
Jawab: karena sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau lemak alami. Surfaktan mempunyai struktur bipolar. Bagian kepala bersifat hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik. Sifat inilah yang menyebabkan sabun mempunyai kemampuan untuk mengemulsikan kotoran berminyak.
2.      Jelaskan apa yang dimaksud air sadah dan sebutkan macamnya!
Jawab: Air sadah ialah air yang mengandung ion Ca2+ dan Mg2+. Air sadah menyebabkan
sabun sukar berbuih dan timbulnya sejenis karang dan kerak.
Contoh : Ca2+ + 2CH3(CH2)16COO-(ag)    Ca(CH3(CH2)16COO2)(s)
Air sadah digolongkan menjadi dua jenis, berdasarkan jenis anion yang diikat oleh kation (Ca2+ atau Mg2+), yaitu air sadah sementara dan air sadah tetap. Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung ion bikarbonat (HCO3-), atau bisa jadi mengandung senyawa Kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2) dan/atau Magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2). Dikatakan air sadah sementara karena kesadahannya dapat dihilangkan dengan pemanasan air, hingga air tersebut terbebas dari ion Ca2+ dan atau Mg2+. Reaksi yang terjadi adalah: Ca(HCO3)2(aq)    CaCO3(s) + H2O(l) + CO2(g).
Air sadah tetap adalah air sadah yang mengandung anion selain ion bikarbonat, misalnya dapat berupa ion Cl-, NO3- dan SO42-. Berarti senyawa yang terlarut boleh jadi berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium nitrat (Ca(NO3)2), kalsium sulfat (CaSO4), magnesium klorida (MgCl2), magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat (MgSO4). Air yang mengandung senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah tetap, karena kesadahannya tidak bisa dihilangkan hanya dengan cara pemanasan. Untuk membebaskan air tersebut dari kesadahan, harus dilakukan dengan cara kimia, yaitu dengan mereaksikan air tersebut dengan zat-zat kimia tertentu. Pereaksi yang digunakan adalah larutan karbonat, yaitu Na2CO3 (aq) atau K2CO3 (aq). Penambahan larutan karbonat dimaksudkan untuk mengendapkan ion Ca2+ dan atau Mg2+. CaCl2 (aq) + Na2CO3 (aq) –> CaCO3 (s) + 2NaCl (aq)
Mg(NO3)2 (aq) + K2CO3(aq) –> MgCO3(s) + 2KNO3 (aq)
Dengan terbentuknya endapan CaCO3 atau MgCO3 berarti air tersebut telah terbebas dari ion Ca2+ atau Mg2+ atau dengan kata lain air tersebut telah terbebas dari kesadahan.

3.      Bagaimana pengaruh penambahan air sadah terhadap larutan sabun dan detergen. Jelaskan?
Jawab: Penambahan air sadah pada sabun  dapat menyebabkan sabun padat atau mengendap. Sehingga dengan hal tersebut sabun sukar berbuih dan timbulnya sejenis karang dan kerak. Hal tersebut mengakibatkan sabun sebagai pengikat kotoran menjadi kurang atau bahkan tidak efektif. Sabun akan berbuih kembali setelah semua ion Ca2+ atau Mg2+ yang terdapat dalam air mengendap. Lain halnya dengan detergen, detergen tidak bereaksi dengan ion Ca2+ atau Mg2+ sehingga detergen tidak terpengaruh oleh air sadah
4.      Tuliskan reaksi penambahan air sadah dengan larutan sabun!
Jawab: Ca2+(aq) + 2RCOONa(aq)           Ca(RCOO)2(s) + 2Na+(aq)

Kegiatan 6: Uji Kolesterol
1.      Apakah reaksi Lieberman-Burchard dapat digunakan untuk menentukan kolesterol secara kuantitatif? Jelaskan pendapat anda!
Jawab: Tidak bisa, karena pada reaksi Lieberman-Burchard digunakan hanya untuk mengetahui sterol dan olesterol dengan menggunakan reaksi warna tanpa dilakukan perhitungan kadar kolesterol dalam suatu bahan.
2.      Sebutkan jenis uji lain yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya kolesterol!
Jawab: Uji Salkowski
3.      Sebutkan komposisi  bahan pereaksinya!
Jawab: Kloroform dan H2SO4 pekat
4.      Tuliskan cara kerjanya secara singkat!
Jawab:
1.      Menyiapkan 3 tabung reaksi yag bersih dan kering. Mengisi tabyng reaksi pertama dengan 1 ml minyak kelapa, tabung kedua dengan 5 tetes minyak ikan, dan tabung ketiga dengan 1 ml kolesterol 0,5 %.
2.      Pada setiap tabung, menambahkan kloroform sebanyak 2 ml.
3.      Menambahkan pula 10 tetes asam asetat anhidrid.
4.      Melali dinding tabung, menambahkan 3-6 tetes asam sulfat pekat.
5.      Mengocok dengan hati – hati dan mendiamkan beberapa detik.
6.      Mengamati perubahan warna yang terjadi.

Kegiatan 7: Uji Kristal Kolesterol
1.      Sebutkan sumber makanan yang banyak mengandung kolesterol !
Jawab : putih telur ayam, daging ayam, daging bebek, ikan, daging sapi, daging kambing, susu sapi, iga sapi, keju, cokelat, mentega, dan lain – lain.
2.      Jelaskan mengapa tingginya tingkat kolesterol di dalam darah sangat berbahaya bagi kesehatan ?
Jawab : karena jika kadar kolesterol di dalam darah tinggi maka akan mengendap membentuk Kristal. Endapan kolesterol dapat menyebabkan dinding pembuluh darah (arteriosclerosis) menjadi tebal. Akibatnya, elastisitas pembuluh darah menjadi berkurang, sehingga aliran darah terganggu. Kolesterol LDL merupakan faktor risiko utama penyakit jantung koroner.
3.      Dimanakah kolesterol disintesis dalam tubuh ?
Jawab  :  kolesterol daapt disintesis didalam tubuh dibagian hati, korteks, adrenal, kulit, testis, lambung, otot.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar